Ketika saya membaca buku berjudul Pedagogy for the Oppres (Pendidikan bagi Kaum Tertindas), karangan Paulo Freire, peneliti Amerika Latin, saya sempat tidak setuju dengan salah satu kalimat yang ada pada buku tersebut yang berbunyi : Setiap orang pada dasarnya adalah guru, setiap tempat adalah sekolah.






Bagi saya kriteria guru adalah

• Harus bisa digugu dan ditiru
• Harus menjadi role model
• Harus memiliki kemampuan yang lebih dari yang saya miliki
• Minimal, menguasai sesuatu yang saya tidak kuasai

Tapi pengalaman hidup saya dikemudian hari mengajarkan kepada saya bahwa pendapat Freire benar adanya. Saya belajar bukan hanya dari orang yang saya hormati, tapi justru dari orang-orang yang menyusahkan saya. Bahkan pelajaran yang saya terima dari orang yang “nyusahin” ini, lebih powerfull karena merasuk jauh ke sanubari saya.

Jika orang baik memberikan pelajaran lewat pengalaman yang menyenangkan, orang yang “nyusahin” saya mengajarkan saya lewat pengalaman yang pahit dan getir, yang tak terlupakan sepanjang hidup saya.

Pengalaman yang menyenangkan lebih mudah kita lupakan dan dianggap sepele (taken for granted, kata orang kulon). Jika bawahan kita melayani kita dengan baik, kita berpikir sudah semestinya. Kalau tetangga ramah pada kita, wajar. Itulah gunanya bertetangga.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil? Memang ada tapi pasti tidak akan semendalam dari pelajaran yang menyakitkan. Jika Anda dihina oleh seseorang dengan menyamakan Anda dengan hewan-hewan yang ada di kebun binatang, mudahkan Anda melupakannya? Kemungkinan besar tidak. Kita biasanya akan berpikir bagaimana cara membalas dendam pada orang itu. Disinilah manfaat yang diberikan oleh orang tersebut. Mereka telah memberikan pelajaran eksperential learning yang tak mungkin kita lupakan yaitu: betapa sakit rasanya diperlakukan seperti itu.

Rasa sakit ini diperlukan untuk memahami bahwa ternyata diperlakukan seperti Anda (dihina bagai BonBin) tidaklah enak. Paham lebih dari sekedar tahu. Kalau anda tahu sesuatu, Anda belum paham karena Anda baru masuk ke teorinya. Tapi kalau Anda sudah merasakannya Anda akan memahami dan masuk ke alam kesadaran.

Saya pernah memiliki atasan yang hobinya memaki-maki bawahan merendahkan hargi diri orang lain. Namun ia sangat berjasa kepada saya karena beliau memberikan pelajaran mengenai betapa sakitnya diperlakukan demikian. Sayapun berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah menyakiti dan merendahkan harga diri orang lain dalam kondisi dan situasi apapun. Saya sadar betul bahwa tiap orang ingin dianggap penting dan diperlakukan secara manusiawi.

Ada banyak guru besar yang dapat saya ceritakan di sini. Ada kawan yang gemar memberikan label negatif pada saya, ada atasan yang senang berlama-lama menjawab hapenya, padahal kami sedang mengadakan rapat. Beliau sering membiarkan saya melongo di hadapannya. Semua orang ini adalah “Guru Besar” saya dalam kuliah “Hubungan Antarmanusia”.

Alih alih membenci orang ini, saya malah berterima kasih kepada mereka secara tulus ihlas bukan terima kasih yang sinis. Bukankah orang-orang ini telah berani mengambil resiko untuk dibenci? Bukankah dengan pengalaman getir yang mereka berikan kita dapat tumbuh secara spiritual? Dalam konteks yang lebih luas, mereka telah diutus oleh Tuhan untuk menjumpai kita dan mengajarkan sesuatu yang tak dapat diajarkan oleh sahabat-sahabat sejati kita.

Nah bagaimana dengan Anda?

date Senin, 28 Maret 2011

0 komentar to “TERIMA KASIH ANDA TELAH MENYUSAHKAN SAYA”

Leave a Reply:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...