Bila musim hujan mulai tiba, banjir di berbagai pelosok Kota Metropolitan Jakarta menjadi pemandangan alam yang tak bisa dihindari. Tapi di Bekasi, dengan tehnologi sederhana namun tepat guna, air hujan disulap jadi air bersih.

Bagi warga Pondok Ungu Bekasi, hujan yang turun hampir tiap hari menjadi berkah tersendiri. Karena dengan tehnologi sederhana di belakang rumah, air hujan disulap jadi air bersih yang siap dikonsumsi atau digunakan untuk keperluan rumah tangga yang lain. Prinsipnya : air hujan ditampung dalamk bak penampung sambil dicampur beberapa bahan kimia sederhana.

Sudah jadi rahasia umum bahwa Jakarta dan Bekasi terkenal dengan wilayah yang terkena intrusi air laut sehingga menyebabkan air tanah menjadi asin dan payau. Air bersih jadi barang langka. Tehnologi pengelolaan air bersih yang berasal dari air hujan sebenarnya telah lama dikenal. Jepang dan Jerman telah berkonsentrasi khusus untuk mengembangkannya. Di Indonesia bisa dikatakan bahan baku air hujan melimpah ruah. Menurut BMG, curah hujan di negeri kita tercinta berkisar 600-6000mm/tahun, rata rata 2420 mm/tahun. Tapi seribu sayang, potensi besar ini terbuang sia sia. Menurut Bank Dunia, dari 175 miliar meter kubik air hujan/tahun yang turun di 100 lokasi sungai-sungai Pulau Jawa, hanya 126 miliar meter kubik yang dimanfaatkan. Di Jakarta, air hujan malah seliweran di depan mata kita. Akan menjadi hal lain jika warga Jakarta mau membuat bak penampung air hujan untuk diolah menjadi air bersih yang layak dikonsumsi.

Pembuatan instalasinyapun tergolong sederhana. Hanya dibutuhkan bahan material yang mudah ditemukan di toko bahan bangunan dan murah harganya. Terdapat tiga bagian utama dalam instalasi pengolah air hujan, yakni atap bangunan (collector), pipa penyalur air (conveyor) dan tangki penampung (storage). Bak penampung sebaiknya jangan terbuat dari logam karena air hujan memiliki kadar CO2 yang dapat menggerus logam. Usahakan terbuat dari tanah liat atau batu pasangan. Hal ini akan menambah unsur mineral alami air hujan. Alternatif lain yang murah dan tahan lama adalah bak dari fiber glass atau ferro semen.

Kualitas atap perlu mendapat perhatian sebagai media penerima air hujan. Atap sebaiknya dibuat dari genteng biasa karena air hujan yang jatuh ke genteng yang terbuat dari asbes atau genteng yang dicat chrome atau metal, berpotensi mencemari air hujan yang terkumpul di storage. Untuk menghindari pengganggu lain, atap sebaiknya jangan terhalang pohon atau sampah dedaunan. Sebaiknya, air hujan yang jatuh pertama jangan langsung ditampung karena atap masih mengandung debu dan kotoran lainnya.

Air hujan merupakan air yang miskin mineral, berbeda dengan air tanah yang kaya mineral karena siklus tanah. Karenanya air hujan perlu di treatment untuk memperkaya mineral yang dibutuhkan oleh kita. Proses Treatment ini tidak berbeda dengan proses yang dilakukan PDAM. Pengayaan mineral dalam air hujan dapat dilakukan dengan mencampur garam mineral berupa kapur dan kaporit. Takarannya: 25-100 gram kapur untuk 100 liter air hujan. Jangan terlalu banyak mencampur kapur dalam air hujan karena akan menyebabkan pahit. Kapur yang terlarut dalam air hujan juga berfungsi untuk membebaskan CO2 dalam air hujan karena CO2 dapat merusak pipa, tembok atau beton.

Air hujan juga perlu disterilkan dari kuman penyakit dengan menambah kaporit. Takarannya: 1.5 gram kaporit tiap 100 liter air hujan. Kaporit yang dijual rata-rata berkadar aktif 35% dari berat total. Jadi kaporit terlarut sekitar 4.3 gram per 100 liter air hujan.

Bak penampung ukuran 10 meter kubik mampu menampung 10 ribu liter air hujan. Jika diasumsikan tiap keluarga terdiri dari empat nyawa dengan konsumsi 5 liter pernyawa perhari, air tersebut dapat dikonsumsi selama 3 bulan non stop.

Anda mau mencoba ?


date Senin, 28 Maret 2011

0 komentar to “Panen Air Hujan di Bekasi”

Leave a Reply:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...