Pepatah cina mengatakan : sehari mampu tertawa 3x, tak akan mati muda.
Satu anugrah terbesar dari ALLAH SWT bagi manusia adalah tertawa. Menurut Prof. Carsten Nietmitz, pakar biologi manusia dari Berlin, dari semua mahluk ciptaan ALLAH SWT, Cuma manusia dan beberapa jenis monyet yang sanggup tertawa. Simpanse paling mirip dengan manusia dalam urusan tertawa.
Perhatikanlah hewan sekeliling Anda, biar sekuat tenaga Anda ngebanyol, dijamin mimik wajah mereka tak akan menunjukkan expresi tertawa. Lebih lanjut kata Prof. Carsten,tertawa telah menyelamatkan manusia dari kepunahan. Primate telah mengembangkan tehnik tertawa guna mencegah konflik sejak 35 juta tahun lalu. Banyak ilmuwan yang setuju, bahwa tertawa mampu menyelamatkan hidup manusia. Berikut manfaat tertawa bagi manusia :
1. Menghilangkan stress. Tawa akan mengurangi keluarnya hormon stress (epinephrine dan kortisol) yang merugikan tubuh.
2. Meningkatkan kekebalan tubuh.
3. Ekuivalen dengan olah raga. Tawa sama dengan aerobic. Seratus tawa perhari sama dengan 10 menit mendayung/jogging. Saat tertawa, kita menghirup oksigen lebih banyak. Ini akan meningkatkan kapasitas vital dan oksidasi paru paru. Demikian dikatakan Prof. William Fry dari Univ. Stanford.
4. Bikin awet muda. Saat tertawa, 15 otot muka berkontraksi dan mendapatkan rangsangan efektif pada sebagian besar otot mulut. Tawa juga mampu memperbaiki expresi wajah. Matapun Nampak cemerlang karena tertawa dapat menekan kelenjar air mata sehingga mata Anda jadi basah. Mata Anda akan Nampak berkilauan.
Bagi kebanyakan orang, tawa jarang dilakukan, apalagi di tengah kondisi bangsa Indonesia saat ini, di mana terorisme(bom buku, bom bunuh diri dan bom-bom lainnya), demonstrasi, tawuran antar pelajar/mahasiswa, anarkisme para supporter sepakbola/bonek, kisruh antar pemerintah dengan parlemen dll masih marak terjadi. Mengapa ini terjadi? Padahal tertawa membawa banyak manfaat. Expresi tawa jelas lebih bermanfaat ketimbang expresi muram, jengkel, atau expresi menguras air mata karena sering menonton sinetron di tv swasta.
Menurut Dr. Michael Titze, psikolog jerman, di tahun 1950 an, orang biasa tertawa 18 menit sehari. Namun belakangan ini kita tertawa tak lebih dari 6 menit perhari. Satu survey membuktikan bahwa anak anak biasa tertawa 300-400 kali sehari. Frekuensi tawa menurun seiring bertambahnya usia hingga hanya 15 kali sehari. Masih menurut Dr. Titze, orang dewasa sering merasa harus punya alasan untuk tertawa. Kita sering tak sadar, bahwa kita sering mengajukan sarat sarat pada diri kita untuk tertawa/bahagia.
Untuk bahagia kita harus punya uang banyak, istri/suami cakep, naik jabatan, dll. Padahal, makin banyak sarat, makin jarang kita tertawa. Lama kelamaan kita jadi jarang tertawa. Tapi, ada banyak hal yang membuat kita mengernyitkan dahi, mengeluh, memaki, menangis dll.
Beda dengan anak anak. Mereka sanggup tertawa tanpa perlu alas an kuat. Cobalah Anda perhatikan di YouTube, seorang balita terkekeh kekeh hanya karena sang ortu menyobek kertas yang berisi pemecatan dirinya (wah,balita durhaka nih. Ortu dipecat,malah diketawain) hal ini terjadi karena anak anak memiliki sedikit rasa malu. Mereka tak perlu alasan untuk gembira.
Nah, bagaimana? Masih ngedumel karena hutang belum lunas atau gajian ditunda terus oleh perusahaan ? santai sedikit bos. Anda dan dunia perlu lebih banyak tawa dan ceria loo….
Sumber : dari berbagai sumber